Oleh :
Soundandmachine.com (Yokohama, Jepang) - Downsizing atau penurunan kapasitas mesin semakin hari semakin marak dilakukan oleh para pelaku industri otomotif untuk menghadapi ketatnya regulasi emisi gas buang serta efisiensi bahan bakar.
Untuk mengkompensasi tenaga setelah penurunan kapasitas mesin, para pelaku industri otomotif umumnya memasang turbo paling tidak agar tenaganya bisa setara dengan mesin kapasitas lebih besar yang dikuranginya.
Baca Juga:
Saling Mengisi, Nissan Kembali Memakai Pembalap yang Sama di Formula E
Namun Nissan sudah memikirkan hal tersebut lebih awal, tepatnya sejak akhir 1970-an ketika industri otomotif berhadapan dengan tantangan baru untuk memenuhi tuntutan regulasi gas buang dan efisiensi BBM, dan di era tersebut masih jauh dari era downsizing yakni sekitar tahun 2010-an.
Dalam konteks inilah Nissan menghadirkan tren mesin turbo di industri otomotif Jepang melalui peluncuran Nissan Cedric/Gloria 430 dengan mesin turbo L20ET 2,000 cc pada tahun 1979 menjadi sedan mewah pertama dengan mesin turbo di Jepang.
Baca Juga:
Unik nan Memikat, Nissan Kicks e-POWER Mendapat Good Design Award
Mesin turbo tak hanya menghasilkan tenaga besar kendati ukurannya kecil tetapi juga merupakan teknologi hemat bahan bakar, sehingga Nissan berhasil mendapatkan sertifikasi pemerintah Jepang dengan regulasi yang ketat pada masanya.
Awalnya, penemuan-penemuan seperti ini terlihat mustahil namun memotivasi karyawan Nissan berinovasi dan berhasil mewujudkannya hingga membuat Cedric/Gloria seri 430 dinobatkan sebagai Japan Car of the Year 1979.
Baca Juga:
Permintaan di Tiongkok Tinggi, Nissan Fokus Teknologi Andalan di Auto China 2020
Penemuan tersebut sejalan dengan keyakinan pendiri Nissan, Yoshisuke Aikawa,yaitu berani melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain. Keyakinan tersebut menjadi fondasi semangat Nissan untuk berinovasi hidup sampai hari ini yang tercermin dari terobosan di babak baru Nissan NEXT dalam keseruan berkendara.
(Joule)
