Pemerintah Kebut Pembangunan Ekosistem Industri Baterai Lithium Kendaraan Listrik

  • Oleh : ADV

Kamis, 24/Jun/2021 17:56 WIB


SoundandMachine.com (Jakarta) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian, saat ini terus mendorong percepatan pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dan energi baru terbarukan (EBT). 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, langkah ini sejalan dengan visi pemerintah yang menargetkan Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri otomotif global.

Baca Juga:
Didukung Kemenperin, Produk Otomotif Indonesia Akan Tampil di Pameran Osaka Auto Messe Jepang

"Industri otomotif merupakan salah satu sektor prioritas berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Sasaran utamanya, Indonesia akan menjadi ekspor hub kendaraan bermotor, baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak (internal combustion engine/ICE) maupun kendaraan listrik (electrical vehicle/EV)," kata Agus.

Baca Juga:
Toyota Gandeng Idemitsu Buat Baterai Teknologi Baru Untuk Mobil Listrik Produksi Massal

Sementara Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin menyampaikan, pengembangan kendaraan listrik juga diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV dan Perhitungan Kandungan Lokal. 

"Indonesia menargetkan untuk mengembangkan industri komponen utama EV berupa baterai, motor listrik dan inverter," tuturnya pada acara The International Conference on Battery for Renewable Energy for Electric Vehicles (ICB-REV), Kamis, (24/6).

Baca Juga:
Dirjen ILMATE Kemenperin RI Kunjungi Booth Mitsubishi di JAW 2022

Lebih lanjut ia mengatakan, permintaan EV di dunia diperkirakan terus meningkat dan akan mencapai sekitar 55 juta unit pada tahun 2040. Pertumbuhan ini tentunya mendorong peningkatan kebutuhan baterai lithium ion (LiB).

"Meningkatnya penggunaan baterai juga mendorong peningkatan pada bahan bakunya, sehingga negara dengan sumber bahan baku baterai ini nantinya memegang peranan sangat penting," kata Taufiek.

Ke depannya, kebutuhan baterai lithium Ion akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya isu lingkungan dan tren dunia. Hal ini menjadi potensi pengembangan industri baterai yang merupakan komponen utama dalam ekosistem energi terbarukan.

"Energi yang dikonversi dari sumber terbarukan akan disimpan dalam baterai dan akan digunakan baik secara langsung atau melalui jaringan listrik,” paparnya. Saat ini, di Indonesia sudah terdapat sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai. 

Adapun lima perusahaan tersebut sebagai penyedia bahan baku, antara lain nikel murni, kobalt murni, nikel ferro, dan endapan hidroksida campuran. Keempat perusahaan lainnya adalah produsen baterai.

"Dengan demikian, Indonesia mampu mendukung rantai pasokan baterai mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai dan perakitan baterai, hingga daur ulang," pungkas Taufiek. (EPS)