Apakah Audio Standar Premium Sound Kualitas Suaranya Bagus? Ini Kata Ahli

  • Oleh : Julfikri

Jum'at, 30/Jul/2021 13:04 WIB


SoundandMachine.com (Jakarta) – Sektor audio termasuk yang diperhatikan manufaktur otomotif untuk menambah kenikmatan selama berkendara atau berada di perjalanan, terutama untuk mobil antara edisi spesial dan kelas menengah ke atas.

Oleh karena itu manufaktur mengerahkan pihak ketiga yang dianggap ahli di bidang audio, biasanya brand besar atau ternama, dan kerap memberi label “premium sound” di audio standarnya tersebut.

Baca Juga:
Power Supply Dominations Powerplant Bisa untuk Upgrade Car Audio High End. Ini Referensinya

Namun pertanyaannya adalah apakah audio standar premium sound tersebut benar-benar menunjukkan kualitas suara yang bagus?

“Jaman sekarang, nama-nama brand besar itu bisa mengubah wujud jadi apa saja asal membantu marketing.” buka Wahyu Tanuwidjaja, Chief Executive Officer PT. Audioworkshop melalui komentar di salah satu postingan Facebook (28/7/2021).

Baca Juga:
Berukuran Kompak, Speaker dan Subwoofer Focal K2 Power Cocok untuk Upgrade Audio Mobil Retro

Audio System Bowers & Wilkins di BMW X7 (sumber: Bowers & Wilkins)

Baca Juga:
Pas untuk Instalasi Daily dan Kompetisi, Begini Referensi Upgrade Audio Full Alpine Status

Menurut Wahyu, perspektif konsumen terhadap audio system bawaan adalah jumlah speaker lebih banyak berarti lebih baik dan nama besar brand adalah jaminan.

Audio Bose di Mazda3 (sumber: Mazda)

Audio System Burmester di Porsche 718 (sumber: Burmester)

Sebut saja Bose di Mazda, JBL di Toyota, Rockford Fosgate di Mitsubishi, Mark Levinson di Lexus, Bowers & Wilkins atau Harman Kardon di BMW, Burmester di Porsche, dan beberapa pihak ketiga yang dianggap sebagai brand besar lainnya.

Padahal menurut Wahyu, nyatanya tidak selalu benar, dan itu telah dibuktikan dari pengalaman membongkar beragam mobil yang membuatnya mengetahui bagaimana trik “premium sound” tersebut.

“Penggila brand gak perlu denger sudah bisa justifikasi suara. Saya jamin sampai hari ini tidak ada yang bisa memainkan test track yang mudah seperti 7 snare drum.” terang pria yang berkecimpung di dunia car audio sejak tahun 1991 tersebut.

Artinya, apakah premium sound mampu menunjukkan kualitas suara yang bagus, Wahyu hanya menjawab itu soal perspektif.

“Jadi balik lagi, bagus itu karena perspektifnya apa. Pemilik brand mobil ada yang serius, ada yang cuma untuk dongkrak marketing memilih brand tertentu.” jelas Wahyu.

ilustrasi upgrade audio premium sound di gerai audio

Itu berarti bagi antusias audio mobil, besar kemungkinan tidak puas dengan audio standarnya meski premium sound dan tidak heran jika upgrade audio ke gerai merupakan keharusan.

Berbeda dengan orang awam atau bukan antusias audio mobil yang kemungkinan besar akan merasa cukup atau bahkan lebih baik, mungkin karena terbiasa dengar audio mobil standar tanpa premium sound.

Misalnya audio mobil tersebut kurang memenuhi preferensi atau selera, manufaktur atau pihak ketiga yang mengerjakan audio standarnya juga tidak begitu bisa disalahkan, tetapi bisa diberi masukan.

Hanya saja mereka melakukan hal tersebut dengan banyak pertimbangan, seperti halnya ketika membuat sebuah mobil agar banyak diterima pasar. Ketika mobil tersebut dipasarkan, ada yang puas dengan tampilannya, ada juga yang baru puas setelah dimodifikasi sesuai selera.

audio JBL di Toyota (sumber: Toyota)

Dalam konteks OEM, seserius-seriusnya manufaktur untuk meningkatkan kualitas suara audio OEM-nya, mereka akan mengacu pada responden yang cocok pada umumnya dari hasil survey, sambil mempertimbangkan aspek lain.

Berhubung mereka mengacu kepada “cocok pada umumnya”, yang berarti tidak semua, logis jika ada pemilik mobil upgrade audio di gerai meski OEM-nya sudah premium sound, dan itulah jalan terbaik untuk kepuasan.

(Joule)