Oleh : Julfikri
SoundandMachine.com (Jakarta) - Pada tahun 2023, PT. Chery Sales Indonesia merilis SUV bergaya coupe Chery Omoda 5 yang kehadirannya bisa dibilang merupakan sebuah gebrakan di pasar otomotif Indonesia.
Sebut saja, dengan rentang harga sekitar Rp. 300-400 jutaan dan bermesin bensin, Omoda 5 memiliki fitur yang jauh lebih banyak dibanding kompetitornya.
Baca Juga:
Mengenal Fitur Canggih BYD Sealion 7: SUV Pintar dengan Sistem Keamanan Kelas Dunia
Begitu juga Omoda 5 GT yang juga dirilis pada tahun 2023, dengan tenaga lebih besar, transmisi dual-clutch, dan sistem penggerak all-wheel drive, yang biasa ada di mobil dengan harga milyaran Rupiah, tetapi dibanderol di kisaran Rp. 400-500 jutaan saja.
Baca Juga:
Denza D9, Luxury MPV Elektrik 7-Seater yang Siap Ubah Standar Baru Mobil Premium
Mulai tahun 2024, Chery kembali membuat gebrakan melalui Omoda, yang kali ini berpenggerak motor listrik, yaitu Omoda E5 dengan harga Rp. 498,8 juta.
“Omoda E5 memiliki 4 selling point utama, yaitu battery life tertinggi di kelasnya, waktu pengisian dari 30 persen ke 80 persen dalam waktu 28 menit, crossover design X-Shape, dan smart cockpit.” buka Chen Cunqing, President PT. Chery Sales Indonesia kepada SoundandMachine.com dalam sesi peluncuran melalui video (5/2/2024).
Baca Juga:
Terinspirasi Keindahan Laut, Interior BYD Sealion 7 Hadirkan Ketenangan dan Keanggunan
Berhubung mobil listrik, eksterior Omoda E5 berbeda dengan Omoda 5 karena kebutuhan performa dari sebuah motor listrik. Sebut saja bumper dengan charging port, sedikit lubang, dan desain pelek menyesuaikan performa mobil listrik, yang membuat tampilan lebih futuristik.
Interior juga berbeda dengan Omoda 5 mulai dari dasbor, konsol tengah, door trim, warna interior, hingga posisi tuas transmisi serta tuas lampu sein dan wiper yang disatukan.
Selain itu, pengoperasiannya juga berbeda seperti selain dari posisi tuas transmisi, ketika pintu pengemudi terbuka dan pengemudi memegang kunci, perangkat elektronik seperti AC dan layar multimedia langsung menyala, dan untuk start-nya dengan menginjak rem.
Dengan interior dan pengoperasian seperti ini membuat Omoda E5 terlihat lebih mewah dan canggih dari Omoda 5, sehingga sudah cukup membuatnya tidak terasa seperti mobil bensin yang di-listrikkan..
Namun di sisi lain, interior dan pengoperasian seperti ini juga membuat Omoda E5 lebih merepotkan dibanding Omoda 5.
Sebut saja warna interior terang lebih mudah terlihat kotor, dan butuh adaptasi untuk pengoperasian karena minus tombol start, ditambah posisi tuas transmisi sein dan wiper yang tergolong kurang lazim.
Tim soundandmachine mendapat kesempatan untuk mengendarai Omoda E5 dalam pemakaian harian. Ketika dikendarai, Omoda E5 lebih menyenangkan dibandingkan Omoda 5, setidaknya karena desain interiornya lebih pas.
Seperti yang diketahui, Omoda 5 tidak dilengkapi paddleshift dan untuk mode manual harus melalui tuas transmisi, sehingga membuat kecanggihannya jadi terasa tanggung. Sementara Omoda E5, berhubung mobil listrik, paddleshift absen tidak jadi masalah sama sekali.
Salah satu yang paling menyenangkan dari Omoda E5 adalah ketika dilakukan tancap gas. Dalam mode normal saja, belum mode sport, ketika tancap gas secara mendadak, akselerasi Omoda E5 yang memiliki tenaga 201 Hp dan torsi 340 Nm, terasa sangat kuat sehingga membuat ban berdecit.
Omoda E5 termasuk cocok untuk harian karena kapasitas baterainya 61 kWh, dimana dalam kondisi baterai 100 persen dapat menempuh jarak sekitar 428 km.
Akan tetapi konsumsi daya Omoda E5 termasuk boros. Sebagai contoh, untuk menempuh rute pergi-pulang dengan total jarak sejauh 68 km dan kondisi bervariasi, baterainya bisa berkurang sekitar 20 persen dari kapasitas baterai, atau konsumsi dayanya sekitar 5,6 km/kWh.
Untungnya biaya pengisian baterai masih tergolong murah, seperti misalnya untuk mengisi baterai di SPKLU PLN fast charging, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp. 75 ribu untuk mengisi baterai sekitar 39 persen dan daya jelajah bertambah sekitar 168 km.
Itu berarti kalau berniat membeli Omoda E5 sebaiknya ada home charging di tempat bermukim, dan juga lebih perhitungan dalam menentukan rute berhubung SPKLU masih belum sebanyak SPBU, meskipun mobil listrik bebas ganjil-genap.
Melihat potensi seperti ini, tidak heran jika Omoda E5 menjadi salah satu mobil listrik terlaris di Indonesia. Ditambah, lebih terjangkau dari kompetitornya yaitu BYD Atto 3 yang memiliki kapasitas baterai sedikit lebih kecil dari Omoda E5. (Joule)