Pengembangan Baterai Mobil Elektrifikasi Jadi Strategi Toyota Hadapi Tuntutan Global

  • Oleh : Julfikri

Kamis, 09/Sep/2021 18:10 WIB


SoundandMachine.com (Jepang) – Toyota semakin gencar dengan elektrifikasi untuk menghadapi regulasi di sejumlah negara yang mengarah pada bebas karbon.

Seperti di Eropa, mulai 2035 manufaktur sudah tidak diizinkan lagi untuk membuat mobil dengan mesin pembakaran dalam, dan pemerintah Amerika Serikat menargetkan, penjualan mobil baru separuhnya adalah elektrifikasi mulai 2030.

Baca Juga:
Sambut Libur Lebaran, Toyota Siapkan 310 Titik Layanan Siaga Selama Momen Idul Fitri 2024

“Seperti yang Anda ketahui, konsentrasi CO2 dunia telah meningkat sejak Revolusi Industri. Tidak ada waktu yang terbuang untuk mengurangi, dalam semua aspek, jumlah CO2 yang dikeluarkan oleh umat manusia.” buka Masahiko Maeda, Chief Technologi Officer Toyota Motor Corporation.

Menanggapi respon tersebut, kuncinya ada di kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan daya saing.

Baca Juga:
Ramaikan Segmen Small SUV, Chery Tiggo 5X Sodorkan Fitur Melimpah Tampilan Wah

Pasalnya, beberapa produsen mobil berencana untuk membangun atau berinvestasi di fasilitas produksi baterai.

Oleh karena itu Toyota melakukan pengembangan dan suplai baterai untuk mobil elektrifikasi sebagai strategi menghadapi tuntutan global.

Baca Juga:
Speaker dan Subwoofer Audison ini Jadi Pilihan Baru Upgrade Audio Toyota Kijang Innova Zenix

(sumber: Toyota)

Pertama, memperbanyak produksi baterai untuk mobil elektrifikasinya, seperti mobil elektrifikasinya, seperti Hybrid, Plug-in Hybrid, Fuel Cell Electric, dan mobil listrik baterai.

Digenjotnya produksi tersebut atas dasar life cycle baterainya, karena sangat berpengaruh pada kontribusi pengurangan CO2, mulai dari pembuatan, pemakaian, hingga daur ulang.

Life cycle tersebut berlaku untuk mobil elektrifikasi Toyota yang sudah terjual 18,1 juta unit untuk hybrid.

Itu berarti efek pengurangan CO2-nya sama dengan 5,5 juta mobil listrik baterai, dengan perhitungan 3 mobil hybrid pengurangan efek CO2 sama dengan 1 mobil listrik baterai.

(sumber: Toyota)

Kedua, pengembangan teknologi baterai, yaitu power output untuk mobil hybrid, dan meningkatkan ketahanan atau endurance untuk plug-in hybrid dan mobil listrik baterai.

Untuk mobil hybrid, Toyota sudah memakai baterai bipolar nickel-metal hydride, sementara untuk plug-in hybrid dan mobil listrik baterai akan terus mengembangkan baterai lithium-ion yang dipakainya.

(sumber: Toyota)

Ketiga, lebih menyeimbangkan konsep pengembangan untuk reliabilitas agar pengemudi bisa lebih tenang selama mengendarainya, dan itu berlaku untuk semua jenis mobil elektrifikasi.

Seperti meningkatkan keseimbangan antara keamanan, berkualitas tinggi namun tetap terjangkau, bisa dipakai dalam waktu lama, dan memiliki performa tinggi.

(sumber: Toyota)

Keempat, merangkul supplier yang fleksibel dalam sistem agar persediannya tetap stabil sesuai jumlah permintaan, mengingat Toyota akan menggenjot produksi mobil elektrifikasinya.

Toyota berpikiran bahwa pengembangan baterai harus seiring dengan pengembangan mobilnya itu sendiri, karena akan sulit kalau hanya salah satunya saja.

Oleh karena itu, Toyota harus memiliki data pemakaian ketika mobil dipakai di beragam situasi dan kondisi, serta berulang kali diverifikasi mengenai kondisi baterainya setelah pemakaian.

(Joule)