Stellantis Ungkap Penyebab Airbag Jeep Grand Cherokee Gagal Berfungsi Saat Insiden di Tol Kanci

  • Oleh : ADV

Jum'at, 17/Sep/2021 13:32 WIB
 Foto kejadian kecelakanaan (@donmemeto) Foto kejadian kecelakanaan (@donmemeto)

SoundandMachine.com (Jakarta) - Beberapa waktu lalu, pecinta otomotif nasional dihebohkan dengan berita mengenai sebuah kecelakaan hebat Jeep Grand Cherokee, yang dikemudikan oleh Muhammad Al Abdullah, petinggi Grup Garansindo.  

Grand Cherokee yang dikemudikannya, hancur akibat kecelakaan yang terjadi pada Kamis (15/7/2021) di Jalan Tol Kanci. Meski selamat, namun Al mengaku bahwa fitur keselamatan pada SUV tersebut tidak bekerja, termasuk airbag.

Baca Juga:
Terhambat Chip Semikonduktor, All New Jeep Grand Cherokee Segera Meluncur di Indonesia Tahun Ini

"Kejadiannya saya sedang di jalur kanan tol dan di depan ada mobil Avanza di jalur kanan juga yang tiba-tiba mengerem mendadak, tetapi sayangnya fitur Active Brake Collision System (ABCS) yang merupakan salah satu fitur safety yang ada dalam Mobil Jeep GC 3.6L (Summit 2014) ini tidak berfungsi sebagaimana harusnya," jelas pria yang akrab disapa Memet tersebut.

Menanggapi kejadian kecelakaan lalu lintas Jeep Grand Cherokee itu, pihak DAS Indonesia Motor sebagai pemegang merek Jeep di Indonesia, langsung melakukan kordinasi dengan beberapa pihak, salah satunya menarik mobil mobil tersebut guna kebutuhan investigasi lebih lanjut. 

Baca Juga:
Angkat Tema American Week, Motovillage Rangkul Para Pemilik Mobil dari Brand Asal Amerika Serikat

Setelah beberapa bulan berjalan, Stellantis, pabrikan otomotif multinasional yang dibentuk oleh merger perusahaan Italia-Amerika, Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dan perusahaan Prancis, PSA Group di tahun 2021 yang memegang merek kendaraan Jeep ini, telah menyelesaikan investigasi teknisnya.

Baca Juga:
Jadi Diler Baru Jeep di Jakarta Selatan, TDA Tawarkan Beragam Promo Menarik

Melalui PT DAS Indonesia Motor, Dhani Yahya, COO dari Jeep Indonesia memberikan keterangan, bahwa pihaknya telah menemukan beberapa fakta berdasarkan hasil investigasi kecelakaan tersebut.

"Kami umumkan hasil yang ditemukan oleh Tim investigasi dari Stellantis adalah tidak ada tanggung jawab manufaktur yang ditemukan dalam insiden ini. Seat belt menjadi sistem penahan keamanan utama dalam kendaraan pada saat kejadian," kata Dhani dalam keterangan resminya.

Ia menjelaskan, area tabrakan atau tumbukan utama berada di bagian atas dari area fokus sensor Supplemental Restraint System bekerja, dengan energi benturan yang dihamburkan oleh berbagai struktur lembaran logam. 

"Oleh karena itu, laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkan air bag system tidak terpenuhi," terangnya. Bahwa hasil investigasi Stellantis itu, tidak mengungkapkan adanya indikasi cacat manufaktur yang menyebabkan dan atau berkontribusi, pada insiden yang dialami atas kendaraan tersebut. 

"Dengan temuan hasil investigasi teknis yang sudah di umumkan ini, kami harap pertanyaan penyebab insiden ini sudah dapat terjawab, dan sekali lagi kami sangat bersimpati atas insiden yang telah terjadi dan kami siap membantu konsumen untuk memperbaiki kendaraan tersebut hingga selesai," tutup Dhani. (EPS)