Oleh :
SoundandMachine (Jakarta), 20 Oktober 2020 - Aksesoris aerodinamika mobil atau dikenal dengan sebutan body kit memiliki manfaat secara estetika dan fungsional.
Dengan material karbon fiber, FRP, dan plastik, penggunaan komponen eksterior ini terbilang penting untuk mengurangi efek limbung hingga turbulensi saat mobil melaju cepat.
Baca Juga:
Ketika SUV Jagoan Off-road Mercedes-Benz G-Class Dimodifikasi Senyaman Limosin
Untuk mempercepat proses produksi, produsen body kit melakukan 3D printing, termasuk di Indonesia yang dilakoni oleh bengkel modifikasi JS Garage.
Salah satu contoh body kit dengan proses 3D printing ada pada mobil modifikasi eks Taksi Supercorsa milik Om Mobi yang tampil di Indonesia Modification Expo (IMX) 2020.
Baca Juga:
Diikuti 80 Ribu Peserta, Kompetisi Brio Vitual Drift Challenge Usai Digelar
Waktu itu, Om Mobi mempercayakan pembuatan komponen eksterior kepada kami (JS Garage) dengan waktu yang singkat." buka Jasa Astrabudhi, salah seorang konseptor Supercorsa dari Workshop JS Garage.
Proses pembuatan 3D Printing diadopsi seperti proses fitting aero kit mobil balap dan itu bisa lebih akurat, seperti menganalisa tingkat air flow, sehingga mempercepat proses produksinya, terlebih jika menyasar model purwarupa (Prototype).
Baca Juga:
Banyak Promo, Jangan Lewatkan IMX Year End Modz Sales 12.12 di Bukalapak
Setidaknya pembuatan bodykit dengan proses 3D Printing terdapat lima tahap, yaitu,
Untuk pengerjaan project satu ini terbilang singkat dengan lama pengerjaan meliputi proses design komputer 1 minggu, proses print 3D selama 2 minggu, lalu cetak dan fitting body .
Proses desain melalui komputer nilai plusnya dapat mempersingkat waktu. Apalagi pengerjaan eks Taksi ini kita punya waktu hanya sedikit. Seluruh proses sama seperti membangun body kit untuk keperluan balap, ujar Jasa di sela-sela kesibukan rumah modifikasi di bilangan Jakarta Selatan ini.
Untuk finishing lengkapnya jika sudah sesuai dengan model dan aerodinamika dan fungsional, bisa diproduksi secara manual menggunakan bahan FRP atau dry carbon setelah membuat mouldingnya.
"Adapun Proses hasil dari 3D print akan konsisten sesuai gambar yang didapat dari komputer. jelas Jasa. Jika desain sudah sesuai keinginan, konsumen bisa memilih bahan fiber atau dry carbon sebagai material dasar pembuatan body kit. tambahnya
Untuk body kit yang disematkan pada Limo "Supercorsa" Om Mobi itu hanya sebuah model purwarupa. Alasannya adalah,
"Tanpa pikir panjang untuk sebuah kompetisi dengan waktu singkat ini, bahan prototype-nya yang langsung di pasang di mobil Om Mobi, ujar Jasa.
Teknologi 3D printing diklaim dapat meningkatkan kualitas, kreatifitas dan produktifitas terutama menghasilkan model body kit lebih presisi hingga mencapai detail bagian bodi mobil seperti lekukan atau airduct.
Adapun kerumitan pembuatan melalui proses 3D Printing karena memerlukan pemahaman dan skill khusus membuat body kit dengan sistem komputer. Namun akan sebanding karena sudah dipastikan kalau proses ini memuat banderol harga cukup tinggi karena memerlukan kemampuan SDM mumpuni.
Sebagai contoh, baru-baru ini JS Garage memasarkan produk body kit "Supercorsa" Complete Package Items untuk Toyota Limo atau Vios generasi ketiga pre-facelift yang dibanderol dengan harga 19,5 juta Rupiah.
Proses pengerjaan dan biaya sangat relatif karena tergantung desain yang diinginkan, tapi untuk mengejar hasil maksimal dari komponen aero kit berkualitas tinggi dan bisa dihitung secara qty. Sehingga biaya bisa ditekan dan dihitung secara rata-rata bukan hanya one off production, jelas Jasa.
Dengan sejumlah potensi dan skill mumpuni para tuner di Indonesia, diharapkan karya modifikasi tuner lokal bisa diapresiasi lebih luas. Apalagi industri otomotif dan modifikasi Indonesia sudah laik jadi barometer dunia, sejajar dengan Amerika, Jepang atau Eropa.
Semoga 3D Printing juga mencetak banyak kemajuan dalam modifikasi Indonesia (Joule)