Bertahan Hadapi Krisis, Perjalanan 23 Tahun Mega Audio Kini Berbuah Manis

  • Oleh : Julfikri

Kamis, 27/Mei/2021 15:32 WIB


SoundandMachine.com (Jakarta) – Ketika mendengar kata “krisis”, yang ada di benak orang pada umumnya adalah segala hal negatif atau pesimistis.

Namun kenyataan tidak selamanya dan berlaku juga dalam dunia aftermarket, salah satunya dialami Johny Chandra, Pendiri Gerai Mega Audio.

Baca Juga:
Pas untuk Instalasi Daily dan Kompetisi, Begini Referensi Upgrade Audio Full Alpine Status

Pasalnya, Mega Audio berdiri pada tahun 1998 pasca Indonesia mengalami krisis moneter hingga menimbulkan kerusuhan, sehingga pada waktu itu kondisi ekonomi sedang kurang bagus.

Baca Juga:
Punya Daya Tahan Lebih, Power Amplifier Hertz HMP 4D Jadi Andalan Upgrade Audio High End

“Kita coba jalanin. Tahun pertama berat sih, karena orang mau pasang audio saat kondisi ketika itu masih takut,” buka Johny kepada SoundandMachine.com sewaktu ditemui di lokasi barunya (21/5/2021). 

Seperti gerai audio lainnya, Mega Audio awalnya tidak hanya menjual produk audio tetapi juga aksesori hingga jasa AC. Di lokasi toko pertamanya di Kompleks Pertokoan Green Garden Blok A7, Jakarta Barat, pada waktu itu karyawannya hanya dua orang saja.

Baca Juga:
Siasati Ruang Kabin Terbatas, Power Amplifier Hertz DPower Cocok untuk Upgrade Audio Honda Brio

“Yang sebisanya lah, karena kondisi juga, barang-barang waktu itu naiknya gila-gilaan, dari harga US$ 1.000-2.000-an jadi US$ 14.000-16.000,” ungkap Johny. “Sesudah itu berjalannya waktu 2005 kita pindah ke ruko baru, udah lebih lega karena dua ruko. Otomatis pasar udah berkembang,” tambah pria yang kerap dipercaya menjadi juri kompetisi audio ini.

Menariknya, dalam kondisi yang belum begitu bagus, Johnny mampu meraih The Best Dealer dari produsen audio Crossfire pada tahun 2000.

Kemudian pada tahun 2002, pelanggannya sudah mulai banyak tampil di kontes modifikasi dimana pada zaman itu sedang gencar-gencarnya.

Mulai 2004, Johny mulai ikut kontes Sound Quality memakai mobil Toyota Kijang kapsul miliknya sendiri, dengan Wahyu Tanuwidjaja sebagai salah satu juri.

“Pertama pakai mobil sendiri dulu, ikut kontes, menang. Sampai 2015 udah banyak mobil customer, karena basic-nya udah banyak jadi mereka kepengin ya udah,” ungkap Johnny.

Proses pemasangan material peredam kabin pada bagian ruang roda di gerai baru Mega Audio. (foto: Joule) 

Sudah tiga kali pindah ruko, pria yang menjalankan bisnis bersama istrinya ini tetap setia berada di area kompleks pertokoan Green Garden hingga sekarang berada di blok Y3.

Ketika krisis menimpa karena pandemi Covid-19 pun, bisnisnya relatif aman bahkan bisa berkembang, dimana orang akan lebih punya banyak waktu di hobi car audio.

Hanya saja karena pandemi, Johny makin mengurangi partisipasinya di ajang kompetisi audio mobil. Alasannya lebih karena resiko terpapar atau penyebaran virus.

“Selama pandemi ini memang gak ikut karena saya rasa kita kurangin dulu kerumunan, kan. Mulai kemarin ini yang EMMA, kita coba lagi,” ujar Johny. “Kita kalau di audio ini gak bisa lepas dari kompetisi, itu kan bentuk kita punya portfolio, kompetensi, orang menilai dari situ,” tutupnya.

Kiprah Johnny membangun bisnis car audio layak menjadi inspirasi (Joule)