Turun di Ajang WEC dan WRC 2022, Begini Kiprah Toyota Balapan Pakai Mesin Hybrid

  • Oleh : Julfikri

Sabtu, 01/Janu/2022 09:09 WIB
Kiprah Toyota di motorsport dengan mesin hybrid, Lexus GS450h Tokachi 24 Hours 2006, Supra HV-R Tokachi 24 Hours 2007, GR010 Hybrid di World Endurance Championship. GR Yaris untuk WRC 2022 (sumber: Toyota) Kiprah Toyota di motorsport dengan mesin hybrid, Lexus GS450h Tokachi 24 Hours 2006, Supra HV-R Tokachi 24 Hours 2007, GR010 Hybrid di World Endurance Championship. GR Yaris untuk WRC 2022 (sumber: Toyota)

SoundandMachine.com (Jepang) – Toyota termasuk pabrikan otomotif yang paling sukses berpartisipasi di ajang motorsport dengan mesin hybrid. Pasalnya, Toyota sudah mengantongi 4 gelar juara dunia World Endurance Championship (WEC) dengan mesin hybrid.

Terlepas dari soal regulasi, untuk mengikuti salah satu ajang motorsport paling bergengsi di dunia musim 2022 mendatang, Toyota tidak hanya turun di ajang WEC dengan mesin hybrid, tetapi juga World Rally Championship (WRC).

Baca Juga:
Semakin Gencar, Pabrikan Otomotif BYD Akan Buka Dealer Baru di Pondok Indah Jakarta Selatan

Tentunya WRC memiliki tantangan yang berbeda dibanding WEC, manakala bukan hanya harus tahan dalam jangka waktu lama, tetapi juga melewati perbedaan yang begitu tajam antara medan dan temperaturnya, untuk meraih prestasi terbaik.

Bicara soal hybrid, Toyota memiliki sejarah yang panjang dalam pengembangan mesin hybrid untuk keperluan motorsport, dan bisa menjadi bekal untuk diterapkan di mobil produksi.

Baca Juga:
Kedua di Asia Tenggara, Indonesia Akan Jadi Basis Perakitan Mobil Listrik GAC Aion

Pada Desember 2005 silam, Toyota mulai mempertimbangkan untuk turun di ajang motorsport dengan mesin hybrid. Dalam situasi seperti ini, posisi bukan yang utama untuk dikejar karena pada waktu itu tidak ada kelasnya, melainkan seberapa tahan mesin hybrid tersebut dipacu di sirkuit.

Baca Juga:
Pabrikan Vietnam VinFast Berlakukan Sistem Sewa Baterai Kendaraan Listrik. Ini Keuntungannya

(sumber: Toyota)

Toyota mulai balapan dengan mesin hybrid di ajang balap Tokachi 24 Hours dengan menggunakan mobil produksi Lexus GS450h. Modifikasi pada sistem hybridnya hanya kapasitor untuk pengisian lebih cepat, sehingga cocok untuk penggunaan motorsport.

Hasilnya, GS450h finish di posisi ke-17, akan tetapi membuktikan bahwa mesin hybrid andal untuk pemakaian motorsport, dan menjadi acuan untuk pengembangan berikutnya.

(sumber: Toyota)

Kemudian pada tahun 2007, Toyota kembali turun di Tokachi 24 Hours dengan Toyota Supra berspesifikasi ajang balap Super GT, dengan mesin 3UZ-FE 4.300 cc V8 bertenaga 450 PS, akan tetapi ditambah motor listrik bertenaga 230 PS di depan transaxle, dan di belakang rem depan.

Hasilnya, Toyota berhasil memenangkan Tokachi 24 Hours di kelas tertinggi dengan Supra bermesin hybrid tersebut, dan menjadi cikal bakal Toyota Hybrid System Racing (THS-R).

Berbekal keberhasilan tersebut, mulai tahun 2008 hingga 2011, Toyota mengembangkan sistem hybrid tersebut hingga kapabel untuk berpartisipasi di ajang Le Mans 24 Hours. Pengembangan tersebut tergolong kompleks, karena beratnya harus seperenamnya atau kurang agar kompetitif.

(sumber: Toyota)

Pada akhirnya, Toyota berpartisipasi di ajang Le Mans 24 Hours dan WEC mulai 2012 silam. Dengan mobil TS030 Hybrid, motor listrik tersebut dipasang di belakang girboks dan memakai dua kapasitor agar energi listriknya bisa lebih banyak tersimpan.

Namun Toyota baru berhasil juara dunia, dan itu kategori manufaktur, baru di musim 2014 dengan TS040 Hybrid, dimana sistem hybrid tersebut membenahi performa kinetik, sistem energi, dan struktur pada kapasitornya, ditambah penambahan tenaga pada mesin konvensionalnya.

Toyota terus membenahi sistem hybrid pada mobil balapnya, hingga berhasil menguasai WEC mulai tahun 2018 hingga 2020 dengan TS050 Hybrid.

Meski TS050 Hybrid lebih banyak perubahan di sektor mesin dan aerodinamika, tetap ada perubahan pada sistem hybrid, yaitu di baterai Lithium-ion, motor listrik yang lebih kecil, sistem kinetik, peningkatan voltase, mengurangi hambatan, dan menjaga performa di temperatur tinggi.

Sistem kinetik atau kinetic energy recovery system, merupakan salah satu kunci peningkatan pada sistem hybrid, dimana energi bisa didapat setelah mobil melakukan pengereman, sehingga mampu menghemat bahan bakar.

(sumber: Toyota)

Sampai mobil terakhir di WEC, yaitu GR010 Hybrid, selain aerodinamika yang mempengaruhi performa hingga tampilan, sistem hybrid juga turut dibenahi, tepatnya sistem kinetic energy recovery system, dan brake by wire di front axle.

Jadi, seperti itulah kiprah Toyota di ajang motorsport dengan mesin hybrid, dan bisa dibilang sudah sangat berpengalaman membuat sistem hybrid yang memiliki ketahanan lebih. Namun apakah sistem hybrid Toyota akan kembali berjaya di WEC dan bisa berhasil di WRC? kita tunggu saja.

(Joule)