Pelaku Bisnis Otomotif Berharap, Usai PPKM Kondisi Penjualan Kembali Normal

  • Oleh : ADV

Minggu, 25/Jul/2021 13:10 WIB


SoundandMachine.com (Jakarta) - Sebagai upaya untuk menghentikan angka penularan Covid-19 yang semakin meningkat, pemerintah telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM Darurat) pada 3 – 20 Juli 2021 di beberapa area di Indonesia. 

Namun pemerintah akhirnya memperpanjang kembali kebijakan tersebut sampai 25 Juli 2021. Setelah itu, pemerintah akan melakukan pembukaan secara bertahap mulai pada 26 Juli 2021 dengan syarat terjadi tren penurunan kasus virus Corona atau Covid-19.  

Baca Juga:
Eksis Sejak 1987, Rahel Spoiler Jadi Rujukan Pasang Bodi Kit Mobil Merek Jepang

Sama seperti sebelumnya, kebijakan PPKM tentunya membuat aktivitas maupun mobilitas masyarakat menjadi sangat terbatas. Selain itu, kebijakan tersebut ternyata menyebabkan beberapa sektor bisnis terkena dampaknya termasuk otomotif, karena banyak toko dan diler menutup operasionalnya.

 

Baca Juga:
Toko Pelek JB Autofashion, Bikin Mobil Tambah Stylish Harga Ekonomis

Melalui talkshow online Diskusi Car Audio, Modifikasi, dan Otomotif (Discomotif) yang diadakan oleh Soundandmachine.com pada Sabtu, 24 Juli 2021, Lenny Santoso selaku manajemen sentra otomotif Mega Glodok Kemayoran (MGK), Jakarta Pusat, melayangkan keluhannya atas dampak PPKM terhadap pada tenant-nya tersebut.

"Kita semua mengerti diberlakukannya PPKM ini, tujuannya menahan penyebaran Covid-19. Kita mengerti peraturan ini, tetapi secara garis besar membuat bisnis akan mengalami penurunan. Hampir semua bisnis turun dengan pemberlakuan PPKM ini, termasuk industri otomotif," tuturnya.

Baca Juga:
Penyekatan PPKM Dihentikan, Mulai Hari Ini Sistem Ganjil Genap Berlaku

Ia menilai, industri otomotif bisa dikategorikan sektor esensial, pasalnya perbaikan kendaraan adalah suatu hal yang tidak ditunda terlalu lama. Apalagi dalam kondisi seperti saat ini, yang mengharuskan kendaraan selalu dalam kondisi prima, agar bisa digunakan setiap saat.

"Kita mau ke bengkel, tentunya tidak bisa membeli tanpa melihat barang. Bila toko atau bengkel tutup tanpa penjualan, efeknya sangat besar. Rata-rata mereka 1 toko memiliki 2 pegawai, kurang lebih ada 2.400 pegawai. Mereka akan kehilangan pekerjaan dan akan mempengaruhi ekonomi," ungkapnya.

Leny berharap, pemerintah bisa memberikan relaksasi atau keringanan pada pelaku usaha di bidang otomotif. "Semoga tanggal 26 ini pemerintah memberikan kelonggaran untuk bisnis otomotif kembali dibuka," harapnya.

Tak hanya di Jakarta, kondisi serupa juga terjadi di Surabaya. Steven Kosasih pemiliki Auto Garage Surabaya mengatakan, pada hari pertama pemberlakuan PPKM di Surabaya, kondisi pasar menjadi sepi luar biasa.

"Namun mulai Senin agak sedikit normal. Meski beberapa pusat otomotif masih ditutup," ucapnya. Sebagai strategi bertahan, selama PPKM Steven mengaku tetap beroperasi meski secara terbatas, dan perbaikan atau pengerjaan mobil konsumen dilakukan melalui perjanjian (appointment).

"Dua minggu kemarin kami tutup semua pintu gerbangnya. Efeknya, terjadi penurunan penjualan hingga sekitar 60%," ungkapnya. Ia menambahkan, tokonya juga menerapkan strategi layanan jasa door to door, tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. 

Steven pun berharap pemerintah memberikan relaksasi. "Minimal diizinkan buka lagi untuk sektor bisnis otomotif dengan prokes, biar ekonominya berjalan lagi. Kami siap mengikuti aturan tambahan pemerintah jika diberlakukan terkait prokes," pungkasnya. (EPS)